JAKARTA - Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mendesak operator pengelola air bersih, Palyja dan Aetra untuk menekan tingkat kehilangan air atau non revenue water (NRW) di bawah 20 persen. Hingga saat ini, rata-rata tingkat NRW baru sampai 40 persen.
Ahok pun mengancam akan mengambil alih kedua perusahaan tersebut bila orientasinya hanya keuntungan, bukan pelayanan publik.
“Prinsip kami sederhana, kami ingin mitra yang baik. Tetapi kalau Anda macam-macam dengan kami, kami tidak takut. Kita ambil usaha Anda. Ini pesan untuk semua pengusaha di Jakarta. Kami ingin Anda berhasil tapi kalau Anda berhasil hanya memikirkan share holder bukan stakeholder, kami akan ambil alih,” kata Ahok usai meresmikan Gedung Meter Workshop dan Office di IPA Buaran, Jalan Raya Kalimalang, Jakarta Timur, Jumat (14/6/2013).
Dengan penghematan itu, diharapkan 99 persen warga Jakarta dapat menikmati air bersih pada 2016 mendatang. Sebab, Ahok menilai target penyediaan air bersih pada 2022 terlalu lama. “Saya maunya tahun 2016, target itu sudah bisa dicapai dan dilakukan,” kata Ahok.
Warga miskin atau keluarga prasejahtera, kata Ahok bisa membeli air dengan Rp25 ribu hingga Rp50 ribu per kubik. Karena itu, saat ini pihaknya tengah mengajukan kepada DPRD untuk membuat peraturan warga golongan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), agar dapat membeli air seharga Rp 1.020 per kubik bila memakai hingga 10 kubik per hari.
“Untuk orang yang belum tersambung, boleh digratiskan. Sebab biaya sambung pipa air bisa mencapai Rp1 juta. Asalkan dia mau membayar Rp10.000 per kubik. Karena dia lebih untung kan. Dengan cara demikian air bersih bisa lebih cepat masuk ke rumah penduduk,” terangnya.
okezone
No comments:
Post a Comment